Rabu, Februari 6

Pendarahan Post Partum part 2

Pendarahan Post Partum - Dipandu oleh otak yang berpikir keras menghadapi kondisi gawat darurat ini, semua tenaga kukerahkan, sedangkan hati ini tak pernah lepas berharap pertolongan dari-NYA. Berharap tiap detik ini terjadi perubahan, ya… berharap keadaan dapat berubah menjadi baik.

Inilah keadaan gawat darurat kebidanan yang sungguh sangat menegangkan. Perdarahanpost partum namanya atau disebut juga Haemorrgaic Post Partum (HPP). Suatu kondisi gawat darurat yang terjadi pada ibu bersalin, yang bisa disebabkan beberapa hal, bisa karena uterus tidak berkontraksi (atonia uteri), laserasi jalan lahir dan bisa juga karena retensio plasenta. Yang paling banyak disebabkan karena atonia uteri. Namun apapun penyebabnya, HPP adalah keadaan gawat darurat kebidanan yang tak bisa dihadapi hanya dengan diam, tapi bergerak berpacu dengan waktu.

BAGAIMANA MENCEGAH PERDARAHAN?
Mencegah terjadinya perdarahan lebih baik, sehingga bidan selalu berupaya mengenali kondisi yang memungkinkan terjadinya atonia uteri, misalnya pada ibu dengan overdistensi uterus seperti ibu yang hamil kembar (gamelli), hamil dengan janin besar. Keadaan lain yang memungkinkan ibu mengalami atonia uteri adalah ibu hamil yang sudah sering hamil apalagi kalau jarak kehamilannya terlalu dekat, terutama yang sudah lebih dari 5 kali hamil, ibu hamil yang terlalu muda dan terlalu tua, ibu hamil dengan malnutrisi, ibu inpartu yang mengalami partus lama. Jika menemukan kondisi seperti tadi maka berhati-hatilah, atau lebih tepatnya siapkanlah diri dan alat untuk menghadapi perdarahan post partum, bersyukur jika ternyata tidak terjadi perdarahan post partum.

Namun bisa juga perdarahan post partum terjadi pada ibu bersalin yang tidak menunjukkan kemungkinan mengalami perdarahan tapi kenyataannya terjadi perdarahan, sehingga setiap saat dan waktu dalam menghadapi persalinan selalu waspada akan terjadinya perdarahan.
Perdarahan post partum bisa pula terjadi karena kesalahan dalam penanganan kala III seperti tindakan memijat uterus atau mendorong uterus untuk mengeluarkan plasenta bisa jadi menyebabkan ternyadinya perdarahan karena atonia uteri dan bisa juga karena retensio plasenta. Sehingga perlu upaya penanganan yang tepat dalam kala III, dengan manajemen aktif kala III ternyata dapat mengurangi kejadian atonia uteri dan retensio plasenta.

PENANGANAN PERDARAHAN POST PARTUM
Nah sekarang apa yang bisa dilakukan ketika bidan menemui perdarahan post partum?
Bidan harus memahami tujuan penanganan perdarahan post partum, yaitu mengembalikan volume darah dan oksigenisasi dan menghentikan perdarahan. Idealnya tindakan dimulai dengan menstabilkan kondisi ibu baru melakukan tindakan khusus yang bertujuan menghentikan perdarahan, namun sering kali tindakan ini tidak bisa dipisahkan melainkan dilakukan bersamaan.

Karena penyebab perdarahan paling banyak maka tindakan yang dapat dilakukan adalah masase uterus, kompresi bimanual eksterna dan interna sambil pemberian uterotonika.
Lalu bagaimana jika perdarahan tetap terjadi dan ibu memerlukan rujukan tindakan apa yang dapat dilakukan oleh bidan selama diperjalanan?
  • Infus, tentu saja ini harus diberikan sebagai pengganti cairan yang keluar
  • Uterotonika, ini diberikan secara intravena bersama-sama dengan infus.
  • Kompresi bimanual ekstena dan interna. Sebagai upaya untuk memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah dinding uterus dan merangsang miometrium berkontraksi.
Selama menuju tempat rujukan ada alternatif lain selain kompresi bimanual eksterna dan internal yaitu pemasangan kondom kateter.

Pendarahan Post Partum


Prinsipnya hampir sama dengan pemasangan tampon uterovagina, namun perlu diperhatikan tindakan pemberian tampon uterovagina dengan kassa gulung dapat merugikan karena memerlukan waktu untuk pemasangannya, dapat menyebabkan perdarahan yang tersembunyi atau bila ada perembesan berarti banyak darah yang sudah terserap di tampon tersebut sebelumnya dan dapat menyebabkan infeksi. Tetapi dapat pula menguntungkan bila dengan tampon tersebut perdarahan bisa berhenti sehingga tidak diperlukan tindakan operatif atau tampon digunakan untuk menurunkan perdarahan sementara sambil menunggu penanganan operatif.

Pada tahun 2003 Sayeba Akhter dkk mengajukan alternatif baru dengan pemasangan kondom yang diikatkan pada kateter. Dari penelitiannya disebutkan angka keberhasilannya 100% ( 23 berhasil dari 23 PPH ), kondom dilepas 24 – 48 jam kemudian dan tidak didapatkan komplikasi yang berat. Indikasi pemasangan kondom sebagai tampon tersebut adalah untuk PPH dengan penyebab Atonia Uteri. Cara ini kemudian disebut dengan Metode Sayeba. Metode ini digunakan sebagai alternatif penanganan HPP terutama sambil menunggu perbaikan keadaan umum, atau rujukan.

Cara pemasangan tampon kondom menurut Metode Sayeba adalah secara aseptik kondom yang telah diikatkan pada kateter dimasukkan kedalam cavum uteri. Kondom diisi dengan cairan garam fisiologis sebanyak 250-500 cc sesuai kebutuhan. Caranya dengan menghubungkan ujung poli kateter dengan infus set dan garam fisiologi, Kemudian dilakukan observasi perdarahan, jika berkurang atau berkurang maka pengisian kondom dihentikan dan ujung kateter diikat dan infus set diklem atau dikunci.

Cara Untuk menjaga kondom agar tetap di cavum uteri, dipasang tampon kasa gulung di vagina. Bila perdarahan berlanjut tampon kassa akan basah dan darah keluar dari introitus vagina. Kontraktilitas uterus dijaga dengan pemberian drip oksitosin paling tidak sampai dengan 6 jam kemudian. Dirumah sakit diberikan antibiotika tripel, Amoksisilin, Metronidazol dan Gentamisin. Kondom kateter dilepas 24 – 48 jam kemudian, pada kasus dengan perdarahan berat kondom dapat dipertahankan lebih lama.
KIta berharap dengan bidan menguasai pengetahuan dan keterampilan tentang penanganan perdarahan, dalam kondisi mengegangkan bidan tetap bisa bekerja dengan tepat dan cepat menyelamatkan nyawa ibu bersalin.
Terakhir sebuah doa dan pengharapan, Semoga Allah SWT selalu membimbing kita dalam bertindak, menangani setiap kondisi yang terjadi saat persalinan.


Daftar pustaka :

Adjar Wibowo. Penggunaan kondom kateter pada penanganan perdarahan post partum. Divisi Fetomaternal Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Unlam/RSUD ulin Banjarmasin
JNPK-KR, 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Dep Kes RI : Jakarta
Rahman, Nurhadi. Kondom Hidrostatik Tamponade Intrauterine. POGI Muda-Dept Obsgin FK UGM : Yogyakarta
Prawitasari, Shinta. Tehnik Pemasangan Kondom Kateter dan Balon Kateter. Subdivisi obginsos FK UGM : Yogyakarta

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar: